Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Maccera’ Tasi’: Ritual Leluhur di Tana Luwu (Bagian 1)

Pua' Puawang sedang berada di atas Ance' dalam Prosesi Ritual Maccera' Tasi' (Idwar Anwar)
TANALUWU.ARUNGSEJARAH.COM - Maccera’ Tasi’; Ritual Leluhur di Tana Luwu (Bagian 1).*

BANGSA Indonesia memiliki keragaman budaya yang sangat kaya. Berbagai suku/bangsa memiliki kekayaan budaya yang sangat eksotis. Salah satunya yakni Luwu yang ada di Sulawesi Selatan. Luwu merupakan kedatuan/kerajaan tertua, khususnya di jazirah Sulawesi ini yang dianggap merupakan cikal bakal dari berbagai suku-suku, khususnya yang ada di Sulawesi Selatan.

Salah satu keragaman budaya yang ada di Luwu adalah Maccera’ Tasi’ yang merupakan sebuah ritual yang dilakukan oleh sekelompok nelayan dengan memberikan semacam sesajian yang dimasukkan ke dalam laut. Hal ini merupakan ungkapan rasa syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa atas segala nikmat dari hasil laut yang diberikan kepada para nelayan. 

Ritual dimaksudkan untuk menata kembali hubungan antar manusia dengan alam sekitarnya (khususnya laut), sehingga tercipta keserasian dan keseimbangan sesuai dengan ketentuan adat yang berlaku, yang telah ditetapkan oleh Tuhan Yang Maha Esa sebagai suatu hukum alam. Keteraturan yang abadi dalam hidup merupakan salah satu wujud kekuasaan Tuhan yang perlu dihadapi oleh setiap manusia dalam kehidupannya. 

Dalam kitab Galigo* (Sure’ Galigo), hubungan antara penghuni dasar laut (Perétiwi) dengan penghuni bumi (Alé Kawa’) sangat dekat. Di sana disebutkan bahwa keberadaan penghuni bumi merupakan hasil perkawinan antara penghuni dunia atas (Boting Langi’) yang bernama Batara Guru atau La Toge’ Langi’ (putra Patoto’é dan Datu Palingé’, penguasa Boting Langi’) dengan penghuni dunia bawah (Pérétiwi) yang bernama Wé Nyili’ Timo’ (putri Sinau’ Toja dan Guru ri Selle’, penguasa Pérétiwi). 

Dalam kitab Galigo, laut merupakan wilayah yang sangat disakralkan, selain karena adanya hubungan erat antara penghuni bumi dengan dunia bawah, laut juga merupakan sumber kehidupan sebagian masyarakat Luwu. Berbagai ritual pun kerap dilakukan berhubungan dengan pengungkapan rasa syukur atas berbagai berkah yang dapat diperoleh dari berbagai hasil laut. Terciptanya keseimbangan (equilibrium) antara sesama mahluk ciptaan Tuhan Yang Maha Esa merupakan sebuah keniscayaan yang harus tetap terjaga.

Dalam perkembangan selanjutnya, setelah datangnya pengaruh Islam, ritual macera’ tasi masih tetap dilaksanakan, meski pelaksanaannya disesuaikan dengan syariat Islam.

Ritual maccera’ tasi dilaksanakan mulai dari pagi hari, pada saat matahari mulai terbit, sebagai simbol harapan agar rezekinya senantiasa meningkat seperti terbitnya matahari di ufuk timur. 

Namun sebelum hari pelaksanaan upacara maccera’ tasi’ terlebih dahulu dilakukan pemotongan hewan yang akan dijadikan kurban. Kepala kerbau ini nantinya akan dimasukkan ke laut bersama berbagai jenis makanan, seperti ayam, sokko patangrupa (sokko 4 macam warna).

Para nelayan yang akan ikut dalam upacara juga beramai-ramai berusaha menghias perahunya agar semarak. Malam harinya diisi dengan berbagai hiburan. 

Pada pagi harinya, perahu-perahu yang akan ikut dalam upacara mulai berkumpul dengan pemberangkatan sambil menunggu Datu/Pajung Luwu atau para bangsawan sebagai simbol kehadiran pihak kedatuan serta Pua’ Puawang. 

Pua’ Puawan merupakan sanro yang akan memimpin upacara maccera’ tasi’. Pua’ Puawang-lah yang dianggap mengetahui berbagai hal tentang laut, seperti kapan waktu yang baik dapat turun melaut, dan utamanya memimpin pelaksanaan upacara maccera’ tasi’.

Bersambung.... Maccera’ Tasi’: Ritual Leluhur di Tana Luwu (Bagian 2) - Arung Tana Luwu (arungsejarah.com)


*Artikel ini telah tayang di www.arungsejarah.com dengan judul Ritual Maccera’ Tasi’ (arungsejarah.com)

* Kanon sastra terpanjang dan terbesar di dunia yang telah mendapat penghargaan Memory of the World dari UNESCO. Kisah dalam kitab yang dianggap Suci oleh masyarakat di Sulawesi Selatan ini (Bahkan dipahami/diakui di jazirah Sulawesi) ini menceritakan tentang awal turunnya manusia pertama di dunia.