Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Kitab Galigo, Warisan Dunia dari Tana Luwu (5)

TANALUWU.ARUNGSEJARAH.COM -  Kitab Galigo, Warisan Dunia dari Tana Luwu (5), Luwu, Kabupaten Luwu, Kerajaan Luwu, Kedatuan Luwu, La Galigo, Kitab Galigo, Sureq Galigo, Andi Maradang Makkulau, La Maradang Mackulau, Datu Luwu, 23 Januari 1946 Perlawanan Rakyat Luwu, Masamba Affair, Idwar Anwar, Novel La Galigo, Belanda, Matthes, Sirtjo Koolhof, Luwu Regency, Afdeeling Luwu, Afdeling Luwu, Istana Luwu, Langkanae, Tari Luwu, Tari Pajaga, Suku di Luwu, Wotu, Mengkoka, Bugis, Limolang, Bare'e, Rongkong, Bua, Ponrang, Masamba, Bunga-bunganna Masamba, Tomakaka, Arung, Makole Baebunta, Kecamatan di Luwu, Palopo, Luwu Utara, Luwu Timur, Simpurusiang, Islamisasi di Luwu, Masuknya Islam di Luwu, Kapan Luwu Terbentuk, Tana Luwu, Wanua Mappatuo Naewai Alena, Maccae ri Luwu, To Ciung, Andi Jemma, Andi Djemma, Terjemahan La Galigo, Transkrip La Galigo, Sejarah Kedatuan Luwu, Sejarah Luwu, Budata Luwu, Bahasa di Luwu, Asal usul nama Kerajaan Luwu, Luwu Kerajaan Tertua, Mesjid Tua Palopo, Mesjid Jami Palopo, Silsilah Raja Luwu, Daftar raja Luwu, Luwu suku apa?, luwu dalam revolusi,
Perpustakaan KITLV Leiden, Nedherland, tempat penyimpanan naskah-naskah La Galigo. Di depan gedung ini terpampang billboard syair Bugis terpanjang dan terbesar di dunia. Syair ini berbunyi: “Polena’ Pelele winru’ Tenre’ Kutuju Mata Padanna Sulisa”.
TANALUWU.ARUNGSEJARAH.COM -  Kitab Galigo, Warisan Dunia dari Tana Luwu (5)

BERDASARKAN cerita dalam Sure’ Galigo, menunjukkan bahwa Kedatuan Luwu pada masa lampau adalah kedatuan yang kuat. Sejalan dengan hal tersebut di atas, ada hubungan antara Galigo dengan silsilah raja-raja dan asal mula kerajaan pada bebe-rapa tempat di Sulawesi Selatan dapat dibagi menjadi tiga macam, yaitu:

1. Silsilah raja-raja Luwu yang langsung dihubungkan dengan garis keturunan dinasti Batara Guru,

2. Sejarah asal mula kerajaan Gowa yang mencantumkan Batara Guru sebagai raja pertama pada periode sebelum to manurung, dan 

3. Sejarah asal mula kerajaan Bone dan Soppeng yang hanya menye-butkan bahwa sesudah dinasti Batara Guru kembali ke Boting Langi’ (dunia atas) dan Pérétiwi (dunia bawah), maka terjadilah kekacauan yang berkepanjangan sampai munculnya Batara Guru.

Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa Batara Guru adalah peletak dasar bentuk kerajaan yang ada di Sulawesi Selatan. Dan Galigo merupakan kitab yang sangat disakralkan dan menjadi bagian terpenting dalam perjalanan kultural masyarakat, bukan hanya di Sulawesi Selatan, tetapi juga di beberapa daerah di nusantara. 

Pada abad ke 19, Sure’ Galigo meski masih banyak, namun sangat jarang ditemukan. Meski ada kitab ini hanya dijadikan sebagai benda yang dikeramatkan dan tidak boleh dibuka apalagi dibacakan disembarang tempat. Hal ini dikarenankan, pengaruh agama Islam yang semakin kuat di kalangan masyarakat Sula-wesi Selatan.

Karenanya, ketika Dr. Benjamin Frederik Matthes –seorang misionaris kristen— datang ke Sulawesi Selatan dengan maksud menyebarkan agama kristen, ia menemukan sebuah keganjilan dalam masyarakat. 

Meski sebagian masyarakat mengaku telah beragama Islam, namun mereka masih sering membaca sebuah kitab yang tentunya bukan al-Qur’an. Matthes melihat kitab tersebut begitu disakralkan. Tidak sembarang orang dapat melihatnya. 

Karena rasa penasaran, maka ia pun berinisiatif untuk mengetahui kitab apa yang dibaca tersebut. Setelah mendapatkan keterangan yang diinginkannya, Matthes pun mencari orang yang banyak tahu tentang bahasa Bugis dan kebudaya-an di Sulawesi Selatan. Sembari mencari ia pun terus belajar bahasa Bugis dan bahasa Makassar.

Dalam perjalanannya untuk mencari bahan tentang penelitiannya dalam bahasa Bugis, ia akhirnya menginjakkan kakinya di Tanete pada tahun 1852 (Brink, 1943:172). Di sinilah ia bertemu dengan seorang perempuan yang saat itu diperkirakan telah berusia 40 tahun. 

Namanya Colli’ Pujié. Lengkapnya Colli’ Puji’ Arung Pancana Toa  Matinroé ri Tucaé’. Ia pun biasa disebut Retna Kencana Dato’na La Page’lipué’. 

Sejak pertemuan itu, Matthes melihat banyak kelebihan yang dimiliki oleh Colli’ Pujié. Selanjutnya ia pun menjadi narasumber, bahkan dalam banyak hal Colli’ Pujié dapat disebut sebagai guru bagi Matthes yang sangat ingin mempelajari bahasa Bugis dan Makassar. Colli’ Pujié memang menguasai dengan baik kedua bahasa tersebut, bahkan bahasa Galigo dan bahasa Melayu. 

Pertemuan demi pertemuan pun mereka lakukan. Dari sinilah akhirnya Matthes mengetahui banyak tentang kitab yang selama ini membuatnya penasaran. Dan berdasarkan ketera-ngan yang diperolehnya dari Colli’ Pujié, akhirnya DR. B.F. Matthes pun berinisiatif untuk mengumpulkan seluruh cerita yang tercecer tersebut menjadi sebuah episode cerita yang utuh.     

Bersambung.... Kitab Galigo, Warisan Dunia dari Tana Luwu (6) - Arung Tana Luwu (arungsejarah.com)

Sebelumnya.... Kitab Galigo, Warisan Dunia dari Tana Luwu (4) - Arung Tana Luwu (arungsejarah.com)

Sumber: Ensiklopedi Kebudayaan Luwu - Pustaka Sawerigading