Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Tappi’, Senjata Tradisional Luwu

TANALUWU.ARUNGSEJARAH.COM -  Tappi’, Senjata Tradisional Luwu, Luwu, Kabupaten Luwu, Kerajaan Luwu, Kedatuan Luwu, La Galigo, Kitab Galigo, Sureq Galigo, Andi Maradang Makkulau, La Maradang Mackulau, Datu Luwu, 23 Januari 1946 Perlawanan Rakyat Luwu, Masamba Affair, Idwar Anwar, Novel La Galigo, Belanda, Matthes, Sirtjo Koolhof, Luwu Regency, Afdeeling Luwu, Afdeling Luwu, Istana Luwu, Langkanae, Tari Luwu, Tari Pajaga, Suku di Luwu, Wotu, Mengkoka, Bugis, Limolang, Bare'e, Rongkong, Bua, Ponrang, Masamba, Bunga-bunganna Masamba, Tomakaka, Arung, Makole Baebunta, Kecamatan di Luwu, Palopo, Luwu Utara, Luwu Timur, Simpurusiang, Islamisasi di Luwu, Masuknya Islam di Luwu, Kapan Luwu Terbentuk, Tana Luwu, Wanua Mappatuo Naewai Alena, Maccae ri Luwu, To Ciung, Andi Jemma, Andi Djemma, Terjemahan La Galigo, Transkrip La Galigo, Sejarah Kedatuan Luwu, Sejarah Luwu, Budata Luwu, Bahasa di Luwu, Asal usul nama Kerajaan Luwu, Luwu Kerajaan Tertua, Mesjid Tua Palopo, Mesjid Jami Palopo, Silsilah Raja Luwu, Daftar raja Luwu, Luwu suku apa?, luwu dalam revolusi, potensi tana luwu, kerukunan keluarga luwu raya,
TANALUWU.ARUNGSEJARAH.COM -  Tappi’, Senjata Tradisional Luwu.

TAPPI’ adalah jenis senjata tajam berupa keris yang terbuat dari besi. Senjata jenis ini juga dikenal dengan nama gajang. 

Bentuknya makin ke ujung makin kecil dan ujungnya tajam. Senjata tradisional jenis ini adalah salah satu alat yang digunakan seseorang dalam membela dan mempertahankan diri dalam pertarungan perorangan maupun dalam perang. 

Pada zaman dahulu, hampir setiap orang di daerah Luwu memiliki dan menyimpan keris ini sebagai senjata. Tappi’ juga merupakan salah satu pelengkap pakaian tradisional bagi kaum laki-laki. 

Tappi’ dianggap sebagai teman sejati yang setia menemani tuannya dalam keadaan apapun. Selain untuk membela diri, tappi’ juga biasa digunakan oleh masyarakat sebagai salah satu kelengkapan dalam melakukan ritual tertentu.

Tappi’ menurut bentuknya dapat dibedakan menjadi dua macam, yaitu:

a. Tappi’ lekko malela (keris yang berlekuk-lekuk), yang lebih dikenal dengan nama malela saja; biasanya sampai 12 lekukan. Tappi’ jenis ini  sering dipakai oleh kaum bangsa-wan dan petinggi kedatuan.  

b. Tappi’ sipukalu (keris yang tidak berlekuk-lekuk), kebanyakan digunakan oleh masyarakat biasa.

Selain dari segi bentuk, tappi’ juga dapat dibedakan dari ragam hias yang biasanya terdapat pada pangkal gagang dan sarung. 

Tappi’ dengan ragam hias yang terbuat dari bahan emas secara keseluruhan disebut tatarapeng. Tappi  jenis ini adalah tappi’ yang khusus digunakan oleh Datu/Pajung Luwu dan kerabatnya dalam Langkanaé (istana). 

Ada juga jenis tappi’ yang hanya terbungkus pada bagian sarungnya yang dikenal dengan nama Pasang Timpo. Keris jenis ini khusus digunakan oleh kaum bangsawan kerabat raja. 

Tappi’ yang hanya sebagian sarungnya terbungkus emas disebut pando, keris jenis ini digunakan oleh anggota masyarakat dari golongan bangsawan yang lebih rendah dari kerabat raja. 

Sedangkan tappi’ yang dibebat emas hanya pada bagian tertentu seperti pangkal hulu, pangkal sarung dan pada bagian ujungnya, menunjukkan bahwa pemiliknya adalah bangsawan dari golongan rendah. 

Adapun golongan to deceng (stra-tifikasi sosial= orang baik-baik) menggunakan tappi’ yang diberi hiasan dari bahan perak. 

Sedangkan bagi rakyat biasa, hiasan tappi’-nya terbuat dari bahan tembaga atau suasa berupa lilitan pada bagian tertentu. Ada juga di antara anggota masyarakat biasa yang menggunakan tappi’ sipukala (tanpa hiasan apapun).

Dibandingkan dengan jenis senjata tajam lainnya, tappi’ mempunyai fungsi kekerabatan yang lebih kuat. Tappi’ dapat berfungsi sebagai pengganti diri bagi pemiliknya, misalnya dalam acara perkawinan. 

Apabila seorang laki-laki bangsawan akan menikah dengan wanita dari golongan to deceng, to sama (orang kebanyakan) atau ata (budak), tetapi ia berhalangan untuk menghadiri pernikahannya, maka ia dapat diwakili oleh tappi’-nya untuk duduk bersanding dengan mempelai perempuan.

Keberadaan tappi’ dalam hal ini merupakan perwujudan dari pola pikir totalitas dari masyarakat pendukungnya. Mereka memandang tappi’ sebagai bagian yang tidak terpisahkan dari pemiliknya. 

Dalam hal lain, seorang laki-laki yang akan pergi merantau akan menyimpan tappi’ di rumahnya sebagai teman yang akan menjaga keselamatan istri dan keluarga yang ditinggalkannya.

Tappi’ sebagai senjata pusaka diwariskan secara turun temurun oleh pemiliknya. Sistem pewarisan tappi’, akan jatuh ke tangan anak laki-laki tertua dalam suatu keluarga atau kerabat. 

Mereka yang memegang tappi’ dianggap sebagai pemimpin dalam keluarga (kerabat) yang harus selalu dimintai pendapatnya dalam melakukan sesuatu atas nama keluarga. 

Dari uraian tersebut di atas, maka dapat disimpulkan bahwa tappi’ mempunyai nilai yang sangat  tinggi dalam pranata kekerabatan di Luwu dan Bugis-Makassar pada umumnya.