Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Pertempuran Palopo 23 Januari 1946 - Perlawanan Semesta Rakyat Luwu (5)

TANALUWU.ARUNGSEJARAH.COM -  Pertempuran Palopo 23 Januari 1946 - Perlawanan Semesta Rakyat Luwu, Ensiklopedi Sejarah Luwu - Pustaka Sawerigading dan Perang Kota, Perlawanan Rakyat Luwu 23 Januari 1946 - Pustaka Sawerigading, idwar anwar, sejarah luwu, perlawanan rakyat luwu, tana luwu, wija to luwu, kedatuan luwu, la galigo, i la galigo, perlawanan rakyat luwu 23 januari 1946, perjuangan rakyat luwu, mesjid bua, belanda, jepang, datu luwu Buku karya Idwar Anwar
Buku karya Idwar Anwar

TANALUWU.ARUNGSEJARAH.COM -  Pertempuran Palopo 23 Januari 1946 - Perlawanan Semesta Rakyat Luwu (5).

SEHARUSNYA pada malam itu, mereka berada di markas KNIL untuk berlindung, akan tetapi mereka beranggapan bahwa pasukan pejuang tidak akan berani melakukan serangan. Karenanya, mereka masih tetap tinggal di rumah masing-masing. Dengan demikian, mereka begitu mudah dibunuh oleh pasukan pemuda.

Saat pasukan pemuda telah menguasai kota palopo, pembersihan terhadap para kaki tangan Belanda pun dilakukan, antara lain terhadap Kepala Songka Tua La Habbu, dan La Kaddu. Kesatuan-kesatuan pemuda kota yang lain, seperti pemuda Mungkajang, Pemuda Pasar, dan lain-lain, turut pula melakukan gerakan pembersihan di tempat-tempat lain dalam kota Palopo. 

Pada hari itu juga tanggal 24 Januari 1946, kelompok pasukan Bua di bawah pimpinan Andi Sulthani pun melakukan pembersihan terhadap kaki tangan NICA yang ada di Palopo. Mereka menyerang rumah Latang di Surutanga dan kaki tangan NICA lainnya. Mereka membunuh 11 orang yang dianggap kaki tangan NICA. Sesudah membakar rumah Latang, pasukan Andi Sulthani menyerang rumah Andi Asi. Andi Sulthani sendiri yang membunuh Andi Asi dengan menikamnya. Pasukan Andi Sulthani kemudian bergerak menuju daerah Boting dan membunuh Klerek Mahmud. Usai menghabisi Klerek Mahmud, pasukan Bua bersama beberapa pemuda pejuang dari pemuda kota menyerbu dan membunuh Dg. Masangka. Rumah Opu Gawena Baso juga diserbu oleh pemuda kota, Opu Gawena Baso sendiri mati tertembak oleh Andi Masse. 

Sekitar pukul 17.00 diterima berita bahwa satu kesatuan tentara NICA dari Siwa sedang bergerak menuju Palopo untuk memberikan bantuan kepada pasukan Belanda di Palopo. Untuk itu, Kepala Penerjang PRI Luwu, Andi Tenriajeng membawa sebagian dari pasukan Bua untuk menghadang pasukan NICA. Pos-pos penjagaan diperketat di sepanjang jalan mulai dari kampung Lare-Lare sampai ke Bua. Pasukan bersenjata PRI mengambil stelling di ujung kampung Bua. Tetapi setelah semalam suntuk berjaga, ternyata tidak ada tentara NICA yang lewat. 

Karena tidak bertemu dengan bantuan Belanda tersebut, maka pada tanggal 25 Januari 1946, pasukan PRI bersiap untuk kembali masuk ke kota Palopo untuk memperkuat pengepungan tangsi NICA di kota Palopo. Pada saat itulah, sekitar pukul 09.00, nampak di kejauhan sebuah kapal di luar perairan Bua menuju Palopo yang kemudian ternyata adalah pasukan bantuan Belanda. Kapal tersebut terus menembakkan meriamnya ke arah kota Palopo.

Beberapa lama kemudian, kapal perang bantuan pasukan NICA/KNIL yang mengangkut pasukan NICA dari Makassar, Watampone, dan Pare-Pare itu berlabuh di Palopo. Kapal perang itu tidak henti-hentinya melepaskan tembakan meriam. Tidak kurang dari 24 kali tembakan dilepaskan. Tembakan-tembakan meriam itu merusak beberapa gedung dan rumah-rumah penduduk. Sekitar 200 orang penduduk luka-luka, di antaranya ada yang meninggal. Beberapa rumah penduduk tersebut hancur, gedung pemerintah seperti kantor pos dan kantor telepon juga rusak.

Setelah itu, beberapa orang tentara turun dari kapal tersebut, memasuki pelabuhan dengan motorboat mengibarkan bendera Merah Putih sebagai kamuflase untuk mengelabui pejuang. Di dada setiap serdadu dipasang lambang Merah Putih yang bertulis “PETA” (Pembela Tanah Air), yaitu nama pertahanan rakyat yang dibangun semasa Jepang. Bersamaan dengan itu pula, dari Sengkang, Makale, Rantepao, dan Poso didatangkan pula pasukan bantuan. 

Kota Palopo pun diserang dari dua jurusan, laut dan darat. Pemuda terus mengadakan perlawanan meskipun dengan persenjataan yang tidak seimbang. Mereka bertahan sampai 36 jam dan menguasai kota Palopo bagian timur. Setelah serangan musuh bertambah gencar, pasukan pemuda mundur ke hutan. Dalam pertempuran itu, seorang pasukan pemuda gugur bernama Mannennungeng, dan beberapa orang luka-luka. Kota Palopo kembali dikuasai oleh NICA.

Bersambung... Pertempuran Palopo 23 Januari 1946 - Perlawanan Semesta Rakyat Luwu (6) - Arung Tana Luwu (arungsejarah.com)

Sebelumnya... Pertempuran Palopo 23 Januari 1946 - Perlawanan Semesta Rakyat Luwu (4) - Arung Tana Luwu (arungsejarah.com)

Sumber: Ensiklopedi Sejarah Luwu - Pustaka Sawerigading dan Perang Kota, Perlawanan Rakyat Luwu 23 Januari 1946 - Pustaka Sawerigading