Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Kitab Galigo, Warisan Dunia dari Tana Luwu (6)

TANALUWU.ARUNGSEJARAH.COM -  Kitab Galigo, Warisan Dunia dari Tana Luwu (6), Luwu, Kabupaten Luwu, Kerajaan Luwu, Kedatuan Luwu, La Galigo, Kitab Galigo, Sureq Galigo, Andi Maradang Makkulau, La Maradang Mackulau, Datu Luwu, 23 Januari 1946 Perlawanan Rakyat Luwu, Masamba Affair, Idwar Anwar, Novel La Galigo, Belanda, Matthes, Sirtjo Koolhof, Luwu Regency, Afdeeling Luwu, Afdeling Luwu, Istana Luwu, Langkanae, Tari Luwu, Tari Pajaga, Suku di Luwu, Wotu, Mengkoka, Bugis, Limolang, Bare'e, Rongkong, Bua, Ponrang, Masamba, Bunga-bunganna Masamba, Tomakaka, Arung, Makole Baebunta, Kecamatan di Luwu, Palopo, Luwu Utara, Luwu Timur, Simpurusiang, Islamisasi di Luwu, Masuknya Islam di Luwu, Kapan Luwu Terbentuk, Tana Luwu, Wanua Mappatuo Naewai Alena, Maccae ri Luwu, To Ciung, Andi Jemma, Andi Djemma, Terjemahan La Galigo, Transkrip La Galigo, Sejarah Kedatuan Luwu, Sejarah Luwu, Budata Luwu, Bahasa di Luwu, Asal usul nama Kerajaan Luwu, Luwu Kerajaan Tertua, Mesjid Tua Palopo, Mesjid Jami Palopo, Silsilah Raja Luwu, Daftar raja Luwu, Luwu suku apa?, luwu dalam revolusi,
Idwar Anwar, Budayawan, Sejarawan dan Sastrawan, Penulis Pertama yang menulis ulang La Galigo dalam bentuk novel sedang memegang Sertifikat La Galigo sebagai Memory of The World. 
TANALUWU.ARUNGSEJARAH.COM -  Kitab Galigo, Warisan Dunia dari Tana Luwu (6)

UNTUK melakukan proyek ini, Matthes pun tetap memakai Colli’ Pujié sebagai pengumpul semua naskah yang tersebar. Namun, untuk mengumpulkan semua naskah yang ada ternyata mengalami banyak kesulitan. 

Selain karena naskah tersebut tersebar di seluruh daerah Sulawesi Selatan bahkan ada yang ke luar, naskah-naskah tersebut juga telah banyak yang terbakar. Kendala lain yang sangat sulit diatasi yakni kebanyakan masyarakat enggan memperlihatkan apalagi meminjam-kan naskah yang dimilikinya dengan berbagai alasan. 

Setelah naskah banyak terkumpul, mulailah Colli’ Pujié menyusun naskah yang berisi episode-episode yang lepas satu dengan yang lainnya tersebut menjadi cerita-cerita yang tersusun. Setelah rampung, ia pun mulai menyalinnya satu per satu menjadi sebuah cerita yang utuh dengan alur cerita yang sambung menyambung. Meski demikian masih banyak episode yang tertinggal. 

Usaha keras yang dilakukan Colli’ Pujié ternyata tidaklah sia-sia. Ia pun berhasil merampungkan berbagai episode yang tercecer tersebut menjadi sebuah cerita yang utuh. Cerita ini terdiri dari 12 jilid yang tebal keseluruhannya yakni 2851 halaman folio (Fahruddin A. Enre, Bingkisan Bunga Rampai Sulawesi Selatan: 172). 

Dan untuk melacak beberapa episode yang belum ditemukan, Colli’ Pujié juga membuat ringkasan dari seluruh cerita Galigo. Menurut ringkasan tersebut, cerita yang telah ia kumpulkan itu baru sepertiga dari keseluruhan cerita yang mestinya ada. 

Jadi keseluruhan cerita Galigo tersebut sekitar 9000 halaman. Naskah yang telah ditulis ulang oleh Colli’ Pujié inilah yang dibawa ke Belanda dan sampai saat ini masih tersimpan baik di Museum KITLV, Leiden. 

Colli’ Pujié bukanlah pengarang Sure’ Galigo, sebab memang karya tersebut anomim (berasal dari tradisi lisan). Lontara’-lontara’ yang terkum-pul tersebut juga sulit diketahui siapa penulisnya (pengarangnya). 

Colli’ Pujié hanyalah pengumpul dan penyalin dari berbagai episode yang terdapat dalam berbagai naskah yang dikumpulkannya dari masyarakat yang tersebar di seluruh Sulawesi Selatan.

Jika ditilik secara seksama, ada beberapa kemungkinan (asumsi) yang bisa diambil untuk mengetahui siapa sebenarnya penulis kitab Galigo ini. Kemungkinan-kemungkinan tersebut antara lain:

1. Sure’ Galigo pada mulanya (sebelum menjadi tradisi lisan) merupakan sebuah kitab yang dibuat oleh satu orang, meski tidak diketahui namanya (anonim). Asumsi ini diambil, sebab sangat sulit untuk mengatakan bahwa sebuah cerita yang saling terkait dan sangat panjang dengan kompleksitas cerita serta tokoh tersebut ditulis/dikarang oleh beberapa orang. Tidak akan mungkin beberapa orang mampu menulis sebuah cerita yang sangat panjang dengan gaya penceritaan yang sama. Pada suatu masa mungkin saja kitab ini hilang  atau hancur oleh sebuah situasi. 

2. Sure’ Galigo ini bisa saja merupakan tradisi lisan, tetapi pada mulanya dikarang/disusun dan disebarkan oleh seseorang secara utuh. Orang tersebut tentunya adalah seorang yang mempunyai kemampuan mengarang dan menghapal yang sangat luar biasa. Sebab, sangat sulit diterima jika sebuah tradisi lisan yang sangat panjang dan ceritanya saling terkait dikarang/disusun oleh beberapa orang dan disebar oleh masing-masing pengarangnya tersebut ke berbagai wilayah yang sangat jauh. Sedangkan cerita yang mereka buat masing-masing tersebut bersambung dan saling terkait satu sama lainnya.

Sebelumnya.... Kitab Galigo, Warisan Dunia dari Tana Luwu (5) - Arung Tana Luwu (arungsejarah.com)

Sumber: Ensiklopedi Kebudayaan Luwu - Pustaka Sawerigading