Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Anggota Hadat Wotu Menemui Andi Jemma 1945

Ilustrasi
TANALUWU.ARUNGSEJARAH.COM - Anggota Hadat Wotu Menemui Andi Jemma 1945.

MENYIKAPI kedatangan Australia di Wotu, anggota Hadat Wotu dan Pemuda pejuang melakukan rapat. Salah satu keputusan rapat yakni mengirim utusan Hadat Wotu untuk menghadap Datu Andi Jemma. 

Utusan tersebut terdiri dari  beberapa anggota Hadat yaitu; Kaipu, Dimeng dan Mahmud. 

Dalam perjalanan ke Palopo, rombongan itu dikawal oleh beberapa pemuda pejuang Wotu antara lain Sungkila dan  Maddaremmeng. 

Usai menghadap, utusan tersebut membawa instruksi dari Andi Jemma Datu Luwu antara lain: 

1) Memberi mandat kepada Hadat Wotu untuk mengambil alih pemerintahan di Wotu. 

2) Supaya menangkap semua kaki tangan NICA di Wotu. 

***

Pasukan Australia dan Pemuda Kerjasama Menjaga Keamanan 1945.

Sejak awal berita kemerdekaan sampai di Luwu, situasi yang semula tenang dengan adanya berita kekalahan Jepang oleh Sekutu, berubah menjadi tegang kembali. 

Berbagai berita yang disiarkan oleh RRI dari Jawa dan Makassar yang ditangkap oleh radio PRI kian menambah ketegangan. Beberapa siaran tersebut antara lain: 

1.    Dr. H.J. Van Mook, yang menjadi Kepala NICA telah tiba di Jakarta pada awal bulan Oktober 1945;

2.    Presiden Soekarno, pada pertengahan bulan Oktober 1945, mengirim kawat kepada Presiden Amerika, Truman. Kawat tersebut memberitakan bahwa NICA telah melakukan uniform dengan memakai senjata dan truk berlambang Amerika;

3.    Rakyat Surabaya, menjelang akhir Oktober 1945 telah terlibat kontak senjata dengan tentara Inggris. Dan pemerintah Inggris meminta kepada Presiden dan Wakil Presiden sebagai penengah untuk menghentikan pertempuran tersebut;

4.    Sutan Sjahrir diangkat sebagai Perdana Menteri pada tanggal 14 November 1945;

5.    Di Makassar terdapat segerombolan tentara kolonial yang berasal dari suku Ambon yang selalu menembaki orang-orang yang memakai lambang Merah Putih. Karena seringnya terjadi peristiwa tersebut, membuat Kota Makassar, baik  siang terlebih malam, semakin mencekam.

Berbagai berita yang tertangkap oleh radio tersebut telah menimbulkan kecemasan di kalangan pemuda revolusioner. Akhirnya beberapa pemimpin pemuda Luwu meminta kepada tentara Australia agar melibatkan pemuda dalam menjaga keamanan kota Palopo, terlebih untuk menjaga adanya provokasi dari pihak NICA. Keinginan tersebut ternyata diterima baik oleh Australia.

Adanya kesediaan tentara Australia untuk bekerjasama menjaga keamanan, maka suatu petang, pimpinan pemuda yang ada di seluruh kota Palopo yang berjumlah 20 orang, berkumpul di rumah kediaman salah seorang tentara Australia. 

Mereka datang atas permintaan tentara Australia untuk berkenalan lebih dekat. Pertemuan itu dihadiri pula Komandan tentara Australia Way Right bersama stafnya dan para perwira tinggi lainnya. Pertemuan itu diabadikan dengan foto bersama oleh seorang opsir Australia. 

Setelah pertemuan tersebut, malam harinya para pemuda telah diperkenankan turut serta menjaga keamanan, khususnya dalam kota Palopo. 

Namun belakangan baru diketahui bahwa pada pertemuan tersebut hadir beberapa orang NICA yang menyamar sebagai orang Australia. Salah seorang di antaranya adalah seorang Belanda bernama Van Leep. 

Van Leep adalah bekas Controleur Masamba yang bersembunyi dalam rumah komandan tentara Australia. Setelah NICA kembali berkuasa, Van Leep inilah yang ditunjuk menggantikan Vonk sebagai Assistent Resident Luwu.

Terjalinnya kerjasama tersebut merupakan salah satu cara yang terbaik bagi pimpinan pemuda untuk lebih bebas bergerak. Dengan demikian mereka dapat dengan cepat melakukan penyelidikan terhadap berbagai kegiatan jaringan NICA, sehingga langkah antisipatif dapat segera diambil. 

Sumber: Ensiklopedi Sejarah Luwu dan Perang Kota, Perlawanan Rakyat Luwu 23 Januari 1946.