Barisan Berani Mati Walenrang dan Pombakka 1946
Ilustrasi |
TANALUWU.ARUNGSEJARAH.COM - Pertemuan Kahar Muzakkar dengan M. Yusuf di Bonepute 1961.
Barisan Berani Mati Pombakka
SETELAH kepindahan Pusat pemerintahan Kedatuan Luwu ke Pombakka (Pusat Pemerintahan Pindah ke Pombakka), maka pusat perjuangan pun berpindah. Di Pombakka, sebelum dilaksanakan Rapat Umum, terlebih dahulu dilaksanakan pengibaran bendera Merah Putih, tanggal 17 Februari 1946, untuk kembali mengenang peristiwa proklamasi 17 Agustus 1945.
Usai melakukan pengibaran bendera, sore harinya untuk pertama kalinya dilaksanakan Rapat Umum di Pombakka (lihat, Rapat Umum di Pombakka). Rapat tersebut dihadiri oleh Pimpinan Pemuda Pusat (kecuali M. Landau Dg. Mabbate), anggota Hadat (kecuali Andi Ahmad dan Andi Pangerang), beberapa pemuda dan rakyat Pombakka.
Dalam rapat akhirnya diputuskan untuk membentuk Barisan Berani Mati. Pembentukan Barisan Berani Mati (dapat dianggap sebagai BBM Pusat) untuk pertama kalinya oleh PRI, didasarkan pada situasi keamanan yang semakin menegangkan. Barisan Berani Mati di Pombakka ini menjadi pusat, sebab Pemerintah Kedatuan Luwu telah dipindahkan di Pombakka.
Barisan Berani Mati ini bertugas memperkuat semua pos-pos penjagaan. Selain itu, pasukan ini juga dipersiapkan mendekati pertahanan musuh, guna menyelidiki dan mengetahui gerak-gerik musuh. Adapun hasil pemantauannya nantinya akan disampaikan kepada Pimpinan Pusat Pemuda PRI dan Komando Pertempuran. Dalam rapat juga ditetapkan S.S. Mahmud sebagai Komandan dan Patang (GuruPatang) sebagai Wakil Komandan.
Barisan Berani Mati Walenrang
Setelah pembentukan Barisan Berani Mati (BBM) di Lamasi (Barisan Berani Mati Lamasi), pagi harinya tanggal 20 Februari 1946, utusan PRI pusat yang terdiri dari M. Sanusi Dg. Mattata dan H. Mustari berangkat menuju ke suatu tempat di dalam hutan untuk menemui Andi Attas yang merupakan Kepala Distrik Walenrang dan Pimpinan Tertinggi Pemuda Republik Indonesia Cabang Walenrang.
Menjelang tengah hari, utusan PRI pusat baru sampai di tempat tersebut. Mereka telah ditunggu oleh Andi Attas, Guru patang dan beberapa Pimpinan Pemuda Walen-rang serta sejumlah rakyat yang berasal dari beberapa kampung di wilayah distrik Walenrang.
- Pertempuran Palopo 23 Januari 1946 - Perlawanan Semesta Rakyat Luwu (5)
- Pertempuran Palopo 23 Januari 1946 - Perlawanan Semesta Rakyat Luwu (4)
- Pertempuran Palopo 23 Januari 1946 - Perlawanan Semesta Rakyat Luwu (3)
- Pertempuran Palopo 23 Januari 1946 - Perlawanan Semesta Rakyat Luwu (2)
- Kitab Galigo, Warisan Dunia dari Tana Luwu (6)
Dalam pertemuan tersebut, Andi Attas mengemukakan bahwa NICA telah berkeliaran di distrik Walenrang. Mereka membunuh, memperkosa dan merampok rakyat. Andi Attas sendiri telah menjadi korban, sehingga harta bendanya habis dirampok oleh NICA.
Pemuda pejuang telah melakukan perlawanan, namun karena keterbatasan senjata, maka mereka tidak dapat berbuat banyak. Selain itu, Andi Attas juga mengemukakan bahwa tidak lama setelah Datu meninggal-kan istana, NICA berhasil menguasai penuh kota Palopo dan seluruh jalan-jalan besar.
Dalam pertemuan itu juga dibahas tentang strategi dan taktik perlawanan yang harus dilakukan untuk menghadapi NICA yang bersenjata lengkap. Mereka juga sepakat untuk membentuk Barisan Berani Mati Cabang Walenrang. Terbentuknya Barisan Berani Mati ini membuat rakyat sangat antusias. Karenanya, semua pemuda yang hadir dalam rapat itu mendaftarkan diri menjadi anggota.
Usai pembentukannya, BBM ini senantiasa berkoordinasi dengan PRI Cabang Walenrang, termasuk beberapa hal yang telah meresahkan rakyat. Salah satunya yakni mengenai berkeliarannya para perampok yang mengatasnamakan pejuang.
Akhirnya, perampok yang dipimpin oleh Petta Rebbung dan anak buahnya berhasil ditangkap oleh PRI Walenrang (Operasi PRI Terhadap Infiltran NICA). Mereka kemudian diserahkan kepada BBM Walenrang.
Selama berada ditangan BBM, laporan mengenai kejahatan yang telah dilakukan Petta Rebbung dan kelompoknya semakin banyak. Apalagi selama penahanan mereka beberapa kali berusaha melarikan diri.
Karenanya, sebagai langkah antisipasi untuk menghidari agar mereka tidak lagi melarikan diri dan melapor kepada KNIL serta tindak kejahatan lainnya, maka BBM segera mengambil keputusan untuk membunuh mereka.
Sumber: Ensiklopedi Sejarah Luwu dan Perang Kota, Perlawanan Rakyat Luwu 23 Januari 1946.