Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Barisan Berani Mati Lamasi dan Lengkong Jana 1946

Ilustrasi

TANALUWU.ARUNGSEJARAH.COM -  Barisan Berani Mati Lamasi dan Lengkong Jana 1946.

Barisan Berani Mati Lamasi 1946

Pada tanggal 19 Februari 1946, Sanusi dan H. Mustari (anggota baru bagian penerangan PRI), berangakat ke kampung Lamasi. 

Sementara satu rombongan penerangan lainnya yang dipimpin oleh H. Badawie (juga anggota baru penerangan PRI) berangkat menuju kampung Lawatu. 

Di Lamasi, penduduk yang mengungsi dari beberapa daerah semakin bertambah. Ini menunjukkan bahwa kekejaman NICA semakin menjadi-jadi. Para pengungsi tersebut banyak berasal dari Malili dan Wotu.

Di Lamasi, Sanusi dan H. Mustari mengadakan rapat umum yang mendapat perhatian besar oleh penduduk. Dalam rapat tersebut juga dibentuk Barisan Berani Mati dengan Komandan Katu’ dan Wakil Muhayyang (Aco Sumantri). 

Mereka berdua juga dibantu oleh orang-orang yang berasal dari luar Lamasi, antara lain: Beddu Hamid, Habe dan M. Saing.

Sejak terbentuknya, banyak pemuda yang mendaftarkan diri untuk menjadi anggota. Mereka kemudian diberi latihan militer sebagai persiapan untuk menghadapi setiap musuh yang datang menyerang. Pasukan ini bertugas di kampung Lamasi dan sekitarnya. 

Barisan Berani Mati Lengkong Jana

Setelah terjadinya Serangan Umum 23 Januari 1946 di Palopo, sejak saat itulah rakyat di kampung Lengkong Jana mulai melakukan ronda setiap malam. Adapun markas ronda didirikan di depan Kantor Kepala Kampung di Lengkong Jana (di rumah Ambe Maisa). 

Di Lengkong Jana juga pernah dilakukan rapat umum yang dihadiri oleh Andi Attas, Sanusi Dg. Mattata, Ali Sakti dan beberapa pejuang lainnya. Dalam rapat tersebut muncul inisitif untuk mengumpulkan sumbangan berupa pakaian dan berbagai barang lainnya untuk melanjutkan perjuangan.  

Dalam rapat itu, juga diputuskan untuk membentuk Barisan Berani Mati (BBM) di Lengkong Jana. Untuk itu, Gala Dg. Sitinggi ditunjuk sebagai Komandan. Setelah BBM terbentuk, mereka kemudian melakukan gerakan penangkapan dan pembunuhan terhadap beberapa orang yang dianggap mata-mata dan kaki tangan NICA. Mereka yang ditangkap antara lain:

1.    To Palellung ditangkap di Salu Battang,

2.    Taha ditangkap dan dibunuh di To’ Lanipa,

3.    Yan Reno dan dua orang Jawa dibunuh, dan 

4.    Petta Rebbung bersama delapan orang temannya ditangkap, lalu dibawa ke La Sawah untuk kemudian dibunuh oleh Pemuda Istimewa.

Sumber: Ensiklopedi Sejarah Luwu dan Perang Kota, Perlawanan Rakyat Luwu 23 Januari 1946.