Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Pertemuan Kahar Muzakkar dengan M. Yusuf di Bonepute 1961

TANALUWU.ARUNGSEJARAH.COM -  Pertemuan Kahar Muzakkar dengan M. Yusuf di Bonepute 1961, Luwu, Kabupaten Luwu, Kerajaan Luwu, Kedatuan Luwu, La Galigo, Kitab Galigo, Sureq Galigo, Andi Maradang Makkulau, La Maradang Mackulau, Datu Luwu, 23 Januari 1946 Perlawanan Rakyat Luwu, Masamba Affair, Idwar Anwar, Novel La Galigo, Belanda, Matthes, Sirtjo Koolhof, Luwu Regency, Afdeeling Luwu, Afdeling Luwu, Istana Luwu, Langkanae, Tari Luwu, Tari Pajaga, Suku di Luwu, Wotu, Mengkoka, Bugis, Limolang, Bare'e, Rongkong, Bua, Ponrang, Masamba, Bunga-bunganna Masamba, Tomakaka, Arung, Makole Baebunta, Kecamatan di Luwu, Palopo, Luwu Utara, Luwu Timur, Simpurusiang, Islamisasi di Luwu, Masuknya Islam di Luwu, Kapan Luwu Terbentuk, Tana Luwu, Wanua Mappatuo Naewai Alena, Maccae ri Luwu, To Ciung, Andi Jemma, Andi Djemma, Terjemahan La Galigo, Transkrip La Galigo, Sejarah Kedatuan Luwu, Sejarah Luwu, Budata Luwu, Bahasa di Luwu, Asal usul nama Kerajaan Luwu, Luwu Kerajaan Tertua, Mesjid Tua Palopo, Mesjid Jami Palopo, Silsilah Raja Luwu, Daftar raja Luwu, Luwu suku apa?, luwu dalam revolusi, potensi tana luwu, kerukunan keluarga luwu raya,
Foto Kahar Muzakkar dan M. Yusuf di Bonepute.

TANALUWU.ARUNGSEJARAH.COM -  Pertemuan Kahar Muzakkar dengan M. Yusuf di Bonepute 1961.

TAKDIR seperti menghendaki bahwa “kakak beradik” (Kahar dan Yusuf) harus kembali bertemu namun di jalan yang berbeda. Ketika kembali dari Amerika tahun 1953, M. Yusuf diangkat menjadi Komandan RPKAD. 

Ketika itu juga perjuangan DI/TII yang dipimpin Kahar Muzakkar sedang bergejolak. Oleh Soekarno ia juga ditugaskan sebagai Asisten Operasi dalam Operasi Militer Sulawesi Selatan dan Tenggara. Maka mau tak mau Yusuf harus berhadapan dengan bekas komandannya sendiri, Abdul Kahar Muzakkar. Yusuf ditugasi menangkap hidup atau mati Kahar. 

Sebuah tugas yang maha berat bagi pribadi Yusuf. Karena beratnya itulah sehingga hasil dari tugasnya sampai kini masih misterius.

Mayor Yusuf sebagai penanggung jawab penangkapan Kahar tetap mengikuti prosedur ke-TNI-annya. Dikabarkan 12 Maret 1957 terjadi pertemuan antara Kahar dan Yusuf. Namun pertemuan itu masih diragukan sejumlah pengamat.

Upaya perundingan antara pihak TNI dengan DI/TI terus diusahakan. Namun pemerintah RI tidak pernah sanggup dan bersedia memenuhi segala tuntutan dan permintaan Kahar. Karenanya, di mata pemerintah RI perundingan dianggap gagal.

Awal tahun 1961, kembali muncul prakarsa untuk mempertemukan Kahar dengan Yusuf. Sejak itu Kahar yang sudah tercatat sebagai gembong pemberontak di mata pemerintah RI, kerap mengirim surat kepada Yusuf. Demikian pula salah seorang paman dan istri Kahar Corrie van Stenus juga senantiasa menyampaikan pesan lisan dari Kahar ke Yusuf.

Pada tanggal 27 September 1961, Corrie menemui Yusuf di Makassar. Atas instruksi Nasution, Yusuf menyertai Corrie ke Jakarta untuk bertemu dengan KSAD  Nasution. 

Dalam pertemuan itu, diputuskan bahwa Kahar Muzakkar akan diterima kembali ke pangkuan RI jika Kahar bersedia melakukan perundingan dan menyetujui kemauan pemerintah RI.

Di Bonepute, rencana pertemuan Kahar dengan Yusuf kembali akan dilaksanakan. Pihak Yusuf menunggu kabar dan undangan dari Kahar yang berpangkalan di Latimojong, di sebuah rumah yang disebut “Istana Perdamaian Bone Pute”.

Pada tanggal 21 Oktober 1961, Yusuf bersama Aziz Taba, AR. Malaka, Andi Mattalatta dan sejumlah perwira tinggi TNI lainnya tiba di Bone Pute. Rombongan Yusuf mula-mula ditemui oleh ayah Kahar, kemudian Corrie istri Kahar. Corrie kemudian mengawal Yusuf dan rombongan ke Markas Besar Kahar.

Dalam pertemuan itu, kedua prajurit perkasa berdarah Bugis itu saling perpelukan. Mata Kahar nampak berkaca-kaca. Pertemuan yang tidak bersenjata itu  oleh Kahar disyaratkan supaya hanya mereka berdua. Dalam pertemuan itu, disebutkan pula bahwa Kahar menyerahkan pasukannya kepada Yusuf. Gencatan senjatapun di-umumkan.

Pada tanggal 12 November 1961, kembali terjadi pertemuan antara Kahar dengan Yusuf. Dalam pertemuan inilah Kahar resmi menyerahkan komando atas semua pasukannya kepada Yusuf. Kecuali satu Batalion pengawal pribadinya yang diberi julukan ‘Momoc Ansharullah’.

Dalam pertemuan itu juga disebutkan bahwa keduanya kembali mempertegas sikap untuk saling melindungi. Karenanya, Kahar dianjurkan untuk menghilang dari bumi Sulawesi. Tetapi kesepakatan kedua lelaki keras dan teguh pendirian ini agaknya hanya berlaku di kalangan pengikut Kahar. Pihak TNI secara umum pemerintah menganggap kesepakatan itu tidak ada. Bahkan perundingan antara Kahar dengan Yusuf di Bone Pute itu dianggap gagal.

Demikianlah, karena dinilai selalu gagal menyelesaikan pemberontakan Kahar di mata pemerintah RI, maka diadakan serangan besar-besaran terhadap Kahar dan sisa-sisa pasukannya. Tanggal 3 Februari 1965, Kahar dikabarkan telah syahid. Kahar menurut versi TNI dan pemerintah telah tertembak mati. Namun anak buahnya tetap meyakini bahwa Kahar masih hidup dan utuh hingga kini.

Sumber: Ensiklopedi Sejarah Luwu