Ancaman de Wijs Kepada Andi Kambo Jika Tak Menandatangi Korte Verklaring 1905
Andi Kambo |
TANALUWU.ARUNGSEJARAH.COM - Ancaman de Wijs Kepada Andi Kambo Jika Tak Menandatangi Korte Verklaring 1905.
SETELAH Kota palopo dikuasai pada tanggal 13 September 1905, Datu dan para petinggi kerajaan menyingkir ke luar kota, kecuali para penghianat. Datu Andi Kambo menyingkir ke Baramamase (lihat, Andi Kambo Mengungsi ke Baramamase).
Pada tanggal 18 September 1905, Mayor de Wijs menyusul Datu ke tempat pengungsiannya.
Kepergian Mayor de Wijs ke tempat Datu juga ditemani oleh Daeng Paroto.
Daeng Paroto adalah orang yang berasal dari Bone yang diberi kepercayaan oleh Belanda untuk melakukan hubungan dengan raja-raja yang ada di Sulawesi Selatan.
Ia menjadi juru bicara dan kepercayaan Belanda. Tutur sapanya memukau, luar biasa pandainya membujuk. Ia juga mahir memilih orang yang harus didekati.
Di daerahnya Daeng Paroto sangat dibenci. Ia dianggap pengkhianat dan mata-mata Belanda. Karenanya ia sangat dibenci oleh La Pawawoi, raja Bone ketika itu.
Saat bertemu, kepada Andi Kambo, de Wijs menyampaikan ancaman yang diterjemahkan oleh Daeng Paroto.
Adapun bunyi ancaman tersebut, sebagai berikut:
a. Kota Palopo telah kacau, penduduk saling bunuh dan merampok.
b. Kalau Datu Andi Kambo tidak segera pulang Palopo, dikhawatirkan seluruh kota akan rata dengan tanah.
c. Pasukan keamanan Belanda tidak mampu mengendalikan keadaan kota.
d. Isi perjanjian akan diperbaiki sesuai keinginan Datu.
Setelah mempertimbangkan dengan matang dan melihat berbagai kemungkinan yang nanti akan terjadi, terutama untuk kepentingan rakyat banyak (Luwu: “to maega”), maka Datu rela meninggalkan Baramamase dan berangkat ke Palopo pada sore hari itu juga.
Sumber: Ensiklopedi Sejarah Luwu