Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Pertempuran Palopo 23 Januari 1946 - Perlawanan Semesta Rakyat Luwu (2)

TANALUWU.ARUNGSEJARAH.COM -  Pertempuran Palopo 23 Januari 1946 - Perlawanan Semesta Rakyat Luwu, Ensiklopedi Sejarah Luwu - Pustaka Sawerigading dan Perang Kota, Perlawanan Rakyat Luwu 23 Januari 1946 - Pustaka Sawerigading, idwar anwar, sejarah luwu, perlawanan rakyat luwu, tana luwu, wija to luwu, kedatuan luwu, la galigo, i la galigo, perlawanan rakyat luwu 23 januari 1946, perjuangan rakyat luwu, mesjid bua, belanda, jepang, datu luwu
Buku Karya Idwar Anwar

TANALUWU.ARUNGSEJARAH.COM -  
Pertempuran Palopo 23 Januari 1946 - Perlawanan Semesta Rakyat Luwu (2).

Sekitar pukul 03.00 pasukan dari Lasua-Sua pimpinan Badawie yang dijemput oleh M. Landau tiba di Labombo di pinggiran kota Palopo. Kurang lebih satu jam kemudian, pasukan tersebut menuju istana Datu. Mereka berkekuatan: 24 orang membawa senjata 18 karabin Jepang, 4 pistol, dan 1 SMR brengun. 

Setelah melalui pembicaraan yang matang, maka malam itu juga posisi pasukan bersenjata api diatur. Diharapkan malam itu juga pasukan bantuan dari Walenrang dan Tana Toraja lebih cepat datang ke Palopo. Adapun formasi stelling penyerang-an yang telah diatur tersebut, sebagai berikut:

1. Sektor Istana:  Polisi Istimewa berintikan para bekas Heiho, dipimpin oleh M. Yusuf Setia,

2. Sektor Pesanggrahan:  Pasukan PRI Lasua-Sua dipimpin oleh M. Badawie,

3. Sektor Penjara: Pasukan gabungan dari Bua dipimpin oleh Adi Wijaya dan Raden Sujono,

4. Sektor Bioskop Palopo: Pasukan Anak Pasar pimpinan Abu Perto dan Abdullah Dg. Mallimpo,

5. Sektor Kantor Pos:  Kelompok Pelajar pimpinan Andi Baso Rahim dan Ahmad Ali.

Sementara itu, ribuan rakyat dan pemuda baik dari penduduk kota Palopo sendiri maupun yang datang dari kampung-kampung di sekitar Palopo mulai berduyun-duyun secara sukarela datang ke kota Palopo untuk mengambil bagian bila sewaktu-waktu terjadi penyerbuan atau Serangan Umum terhadap kedudukan tentara NICA. Ribuan rakyat bersenjatakan tombak, keris, dan berbagai senjata lainnya itu mulai tersebar di berbagai tempat di dalam kota Palopo dan sekitarnya. 

Adapun pasukan yang terlibat mulai mengatur posisi masing-masing dan langsung di bawah koordinasi Andi Tenriajeng sebagai salah seorang Komando Pertempur-an. Pasukan yang terlibat dalam pertempuran 23 Januari itu antara lain: Pasukan Bua, Pasukan Lasua-Sua, Pasukan Walenrang, Pasukan Pemuda Kota, Pasukan dari Ponjalaé, Pasukan Tappong, Pasukan Batupasi, Anak Pasar, dan Pasukan Peta.

Demikianlah, setelah semua pasukan telah menempati posisinya masing-masing, maka meletuslah tembakan pertama yang menandak-an dimulainya petempuran yang merupakan momentum sejarah dalam perjuangan rakyat Luwu menentang penjajah Belanda. Ini merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari revolusi nasional bangsa Indonesia 1945. Dengan tembakan itu pula, Datu Luwu Andi Jemma dan permaisuri serta seluruh rakyat Luwu telah menentukan sikap yang tidak bisa ditawar-tawar lagi untuk mengadu kekuatan melawan NICA/KNIL yang berlindung di balik kekuatan Australia/Sekutu. Dengan demikian, maka 23 Januari 1946 merupakan satu titik di mana tidak ada jalan kembali (point of not return).

Pilihan “Merdeka atau Mati” memang merupakan pilihan satu-satunya bagi rakyat Luwu ketika itu. Semboyang inilah yang kemudian diterjemahkan oleh rakyat Luwu ke dalam satu tindakan yang heroik dan nyata. Ini sesuai dengan semboyang rakyat Luwu yang turun temurun yaitu “Toddo Puli Temmalara” (setia hingga akhir). Semboyan ini terus dipegang teguh oleh rakyat Luwu yang kemudian telah turut menggoreskan sejarah yang indah bagi bangsa Indonesia sebagai cerminan satunya kata dan per-buatan.

Serangan pun terjadi secara tiba-tiba dan dimulai ketika terjadi pertemuan yang tidak diduga-duga antara patroli pasukan PRI pimpinan M. Badawie dengan patroli KNIL di dekat Rumah Sakit Palopo. Badawie segera melepaskan tembakan. Mendengar suara tembak-an yang berasal dari arah Rumah Sakit tersebut, segera disambut oleh M. Yusuf  Setia yang berada di Sektor Istana. 

Sementara sumber lain menyebut-kan bahwa lepas tengah malam, kota Palopo telah terkepung rapat dari segala penjuru oleh pasukan pemu-da, tinggal menunggu induk pasukan dari Lasua-Sua. Sekitar pukul 03.00 pasukan dari Lasua-Sua telah tiba. Penyerangan pun segera dimulai dengan tembakan pertama dari M. Yusuf Setia kepada tentara KNIL yang sedang ronda dekat Rumah Sakit, sehingga beberapa tentara KNIL itu mati seketika. Sesaat kemudian terjadilah pertempuran yang dahsyat antara pasukan pemuda dengan KNIL. Bunyi senapan, bren, bom, dan granat terdengar bersahutan membelah angkasa (Sanusi, 1967, 502).

Bersambung... Pertempuran Palopo 23 Januari 1946 - Perlawanan Semesta Rakyat Luwu (3) - Arung Tana Luwu (arungsejarah.com)

Sebelumnya... Pertempuran Palopo 23 Januari 1946 - Perlawanan Semesta Rakyat Luwu (1) - Arung Tana Luwu (arungsejarah.com)

Sumber: Ensiklopedi Sejarah Luwu - Pustaka Sawerigading dan Perang Kota, Perlawanan Rakyat Luwu 23 Januari 1946 - Pustaka Sawerigading