Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Pertempuran Palopo 23 Januari 1946 - Perlawanan Semesta Rakyat Luwu (3)

TANALUWU.ARUNGSEJARAH.COM -  Pertempuran Palopo 23 Januari 1946 - Perlawanan Semesta Rakyat Luwu, Ensiklopedi Sejarah Luwu - Pustaka Sawerigading dan Perang Kota, Perlawanan Rakyat Luwu 23 Januari 1946 - Pustaka Sawerigading, idwar anwar, sejarah luwu, perlawanan rakyat luwu, tana luwu, wija to luwu, kedatuan luwu, la galigo, i la galigo, perlawanan rakyat luwu 23 januari 1946, perjuangan rakyat luwu, mesjid bua, belanda, jepang, datu luwu
Buku Karya Idwar Anwar
TANALUWU.ARUNGSEJARAH.COM -  Pertempuran Palopo 23 Januari 1946 - Perlawanan Semesta Rakyat Luwu (3).

MENDAPAT serangan mendadak tersebut, membuat tentara KNIL pun panik. Mereka lari dan menembak secara membabi buta. Tentara KNIL banyak yang mencari perlindungan di markas Australia di bekas rumah Assistent Resident Luwu. Ketika mereka melewati tanah lapang menuju markas Australia, banyak di antara mereka menjadi mangsa kelewang dan keris pemuda pejuang. Sementara itu, dari markas Australia terdengar letusan senjata yang ditembakkan ke sembarang arah untuk melindungi tentara NICA yang berlari ke arah markas Australia.

Mendengar suara tembakan dari arah rumah sakit, maka Pasukan Anak Pasar yang berada di sekitar Bioskop Palopo segera menuju ke sekitar tanah lapang untuk menge-pung tangsi KNIL. 

Sementara itu dari kampung Bua, pasukan pemuda yang berumur belasan tahun di bawah pimpinan Sulthani tiba pula di Palopo. Mereka bersenjata beberapa granat tangan dan senjata tajam.

Sasaran serangan pertama-tama ditujukan ke tangsi-tangsi KNIL, pihak PRI dan rakyat yang berintikan para bekas Heiho yang dipimpin oleh Abdullah Dg. Mallimpo mengepung tangsi dari arah utara. Pasukan-pasukan KNIL yang ada dalam tangsi bersembunyi dalam lubang-lubang yang dibuat pada, masa pendudukan Jepang.

Sekitar pukul 05.00 pagi, istana Datu Luwu mulai dicapai oleh peluru musuh.  Pagi hari itu, pertempuran-pertempuran bertambah sengit, terutama di sekitar Ponjalaé, Amassangeng, dan Mangara-bombang serta di Penggoli, Batupasi, Tappong, Latuppa, dan lain-lain tempat. 

Oleh karena itu, demi keamanan dan kelanjutan perjuangan, diputus-kan untuk memindahkan Datu Luwu Andi Jemma, permaisuri dan anggota Hadatnya dan keluarganya keluar dari kota Palopo.

Sekitar pukul 09.00, tanggal 24 Januari 1946, Datu dan Permaisuri-nya diungsikan keluar kota dengan alasan keamanan. Hal ini dilakukan, sebab sebelumnya telah banyak tembakan yang mengarah ke istana dan menimbulkan banyak lubang pada dinding istana. Demikian pula dengan jendelanya, banyak yang hancur akibat tembakan. 

Datu dan rombongan kemudian meninggalkan istana menuju kampung Ponjalaé yang terletak di tepi pantai, kira-kira 2 km dari istana. Dari sana dengan mudah Datu Luwu dan rombongan bisa menuju tempat yang lebih aman. Dengan menumpangi perahu layar, Datu dan permaisuri serta seluruh rombongannya berangkat ke Cappasolo desa Benteng kecamatan Malangke sekarang (lihat, Andi Jemma Meninggalkan Istana). Dan ternyata kemudian bahwa dengan langkah itu, Datu Luwu Andi Jemma telah memulai memimpin rakyat Luwu dalam satu perang gerilya yang heroik untuk membela proklamasi kemerdekaan 17 Agustus 1945.

Sementara itu, di kota Palopo sejak pagi sekitar pukul 08.00, mulai terjadi penyerbuan terhadap rumah dan pembunuhan yang bersifat massal terhadap oknum-oknum yang dianggap pro NICA. 

Saat itu, ribuan penduduk juga mulai meninggalkan kota Palopo. Sebagian menyingkir ke selatan, ke arah Bua, sebagian besar menuju utara menyusur pantai atau melalui jalan darat menuju ke kampung Lamasi, Cappasolo, Lawatu, Lamiko-miko, Pombakka (wilayah lima kampung), dan lain-lain.

Pengungsian ke wilayah tersebut dilakukan, sebab wilayah lima kampung ini dianggap aman dan tidak mudah dicapai dengan kendaraan darat. Di tempat pengungsian itu juga terdapat persediaan pangan yang cukup banyak khususnya sagu, serta mudah menangkap ikan di sungai-sungai atau di pantai.

Setelah Datu berangkat, maka Sanusi berangkat pula bersama Andi Ahmad dengan mempergunakan perahu kecil yang didayung yang disediakan oleh Lere, kepala kampung Amassangeng yang juga merangkap sebagai komandan pemuda Amassangeng. Perahu tersebut bergerak menuju kampung Lamasi di tepi pantai, kira-kira 4 km dari kota Palopo.

Menjelang tengah hari, Andi Ahmad dan Sanusi menerima berita bahwa M. Yusuf Arief Pimpinan Tertinggi Komando Pertempuran masih pingsang akibat luka di kepalanya dalam pertempuran semalam (lihat, Perjalanan Dua Pimpinan PRI) .

Bersambung... Pertempuran Palopo 23 Januari 1946 - Perlawanan Semesta Rakyat Luwu (4) - Arung Tana Luwu (arungsejarah.com)

Sebelumnya... Pertempuran Palopo 23 Januari 1946 - Perlawanan Semesta Rakyat Luwu (2) - Arung Tana Luwu (arungsejarah.com)

Sumber: Ensiklopedi Sejarah Luwu - Pustaka Sawerigading dan Perang Kota, Perlawanan Rakyat Luwu 23 Januari 1946 - Pustaka Sawerigading