Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Batara Lattuq, Datu Luwu II dalam Kitab Galigo

Istana Luwu (Langkanae)
TANALUWU.ARUNGSEJARAH.COM
-  Batara Lattuq, Datu Luwu II dalam Kitab Galigo
.

BATARA Lattuq adalah Pajung/Datu Luwu II yang menggantikan dan mewarisi daerah kekuasaan ayahnya, bernama Batara Guru yang dalam motologi Galigo disebut sebagai manusia pertama yang diturunkan di Ale Lino, Tana Luwu.

Dalam naskah Galigo disebutkan bahwa dari perkawinan Batara Lattuq dengan Wé Opu Sengeng melahirkan anak kembar emas, yakni seorang laki-laki dan seorang perempuan. 

Yang laki-laki diberi nama Sawerigading, sedang adik kembarnya diberi nama Wé Tenriabeng. 

Dikisahkan, setelah empat puluh hari disusukan oleh ibunya kandung mereka, keduanya lalu diserahkan kepada ibu susu yang secara otomatis membuat mereka dipisahkan. 

Upaya untuk memisahkan Sawerigadingn dan Wé Tenriabeng juga merupakan kesengajaan untuk memisahkan keduanya akibat adanya keyakinan bahwa kelak mereka akan saling mengasihi. 

Dan benar saja, setelah remaja, Sawerigading ternyata mencintai saudara kembarnya itu dan bermaksud menjadikannya istri. Akan tetapi penolakan dari istana dan rakyat Luwu menyebabkan Sawerigading harus melayari lautan untuk bertemu dengan We Cudaiq. 

Dalam Kitab Galigo, perempuan bernama We Cudaiq ini telah diperlihatkan oleh saudara kembara Sawerigading melalui kuku Wé Tenriabeng. Karena itulah, Sawerigading pun berlayar ke negeri Cina menggunakan perahu yang terbuat dari pohon Walengrengnge.

Batara Lattuq raja ke-2 Luwu ini wafat di Waré. Berhubung putra mahkota Sawerigading, karena sumpahnya untuk tidak kembali di Luwu (Sawerigading), maka ia tidak bisa diangkat menjadi Datu/Pajung Luwu. 

Pada masa itu, kekuasaan pun kosong (vacum of power), atau dengan kata lain tanpa pemerintahan, sehingga suasana kembali kacau balau. 

Manusian pun “sianre baleni taué”, artinya manusia saling memakan seperti ikan besar melahap yang kecil atau lemah. 

Hukum rimba pun berlaku ratusan tahun, sampai munculnya Simpurusiang yang juga masih dianggap sebagai keturunan manusia langit. Lama masa ini disebut selama 7 pariama. Sebuah penanggalan waktu yang hingga kini belum diketahui pasti.

Sumber: Ensiklopedi Sejarah Luwu; Perang Kota, Perlawanan Rakyat Luwu 23 Januari 1946; Sejarah Luwu, Catatan Ringkas Sejarah Luwu Sebelum Kemerdekaan; Jejak Suara Rakyat, Menelusuri Sejarah DPRD Kota Palopo; La Galigo, Turunnya Manusia Pertama; La Galigo; La Galigo, Mutiara Tompoq Tikkaq; La Galigo, Lahirnya Kembar Emas.