Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

To Accae ri Luwu, Cendekiawan Berpengaruh Awal Abad XVI

TANALUWU.ARUNGSEJARAH.COM -  To Accae ri Luwu, Intelektual Luwu yang Sangat Berpengaruh Awal Abad XVI, Luwu, Kabupaten Luwu, Kerajaan Luwu, Kedatuan Luwu, La Galigo, Kitab Galigo, Sureq Galigo, Andi Maradang Makkulau, La Maradang Mackulau, Datu Luwu, 23 Januari 1946 Perlawanan Rakyat Luwu, Masamba Affair, Idwar Anwar, Novel La Galigo, Belanda, Matthes, Sirtjo Koolhof, Luwu Regency, Afdeeling Luwu, Afdeling Luwu, Istana Luwu, Langkanae, Tari Luwu, Tari Pajaga, Suku di Luwu, Wotu, Mengkoka, Bugis, Limolang, Bare'e, Rongkong, Bua, Ponrang, Masamba, Bunga-bunganna Masamba, Tomakaka, Arung, Makole Baebunta, Kecamatan di Luwu, Palopo, Luwu Utara, Luwu Timur, Simpurusiang, Islamisasi di Luwu, Masuknya Islam di Luwu, Kapan Luwu Terbentuk, Tana Luwu, Wanua Mappatuo Naewai Alena, Maccae ri Luwu, To Ciung, Andi Jemma, Andi Djemma, Terjemahan La Galigo, Transkrip La Galigo, Sejarah Kedatuan Luwu, Sejarah Luwu, Budata Luwu, Bahasa di Luwu, Asal usul nama Kerajaan Luwu, Luwu Kerajaan Tertua, Mesjid Tua Palopo, Mesjid Jami Palopo, Silsilah Raja Luwu, Daftar raja Luwu, Luwu suku apa?, luwu dalam revolusi, potensi tana luwu, kerukunan keluarga luwu raya,
Ilustrasi
TANALUWU.ARUNGSEJARAH.COM -  To Accae ri Luwu, Cendekiawan Berpengaruh Awal Abad XVI.

TO Accana Luwu (intelektual Luwu) atau biasa juga disebut To Accaé ri Luwu/Maccaé ri Luwu (intelektual di Luwu) adalah gelaran yang diberikan oleh pihak Kedatuan Luwu kepada La Menggu Tomennang Opu Patunru yang ketika itu juga merangkap jabatan sebagai Makkadangngé Tana (Juru Bicara Kedatuan Luwu) atas jasanya dalam reformasi bentuk pemerintahan di Kedatuan Luwu. 

Peristiwa itu terjadi pada masa pemerintahan Wé Tenri Rawe (Datu/Pajung Luwu XIV). La Menggu mengadakan penyempurnaan pada pabbate’-bate’ (aparat pemerintahan) dan berhasil menyusun hukum dasar kedatuan yang lebih berpihak pada kepentingan rakyat. Hukum dasar tersebut yang menandai perubahan bentuk pemerintahan di Kedatuan Luwu dari sistem absolut monarchie menjadi konstitutie monarchie. 

La Menggu sebagai seorang ahli ketatanegaraan mempunyai panda-ngan yang sangat jauh ke depan dalam penetapan hukum-hukum dasar negara. Ia telah melihat bagaimana kehidupan rakyat Luwu yang dinamis dan terus berkembang sesuai dengan arus zaman. 

Berdasarkan pemikirannya, agar Kedatuan Luwu tetap bertahan dalam kebesarannya, maka harus diadakan perubahan sesuai dengan tuntutan realitas kehidupan yang berkembang dalam masyarakat. Reformasi ketatanegaraan yang dimotori oleh La Menggu merupakan reformasi besar pertama yang ada sepanjang sejarah kedatuan Luwu. 

Reformasi bentuk pemerintahan yang tampak sangat demokratis menyebabkan banyak golongan bangsawan yang harus menjalani hukuman karena melang-gar dasar-dasar hukum kedatuan baru yang telah ditetapkan. 

Dasar-dasar hukum tersebut telah mendatangkan kesejahteraan dan semangat kerja baru bagi rakyat Luwu, sehingga rakyat yang ada dalam naungan Kedatuan Luwu hidup dengan aman dan makmur. 

Kemampuan La Menggu To Mennang dalam bidang ketatanegaraan tidak hanya terkenal dalam wilayah Kedatuan Luwu, tetapi juga termasyur pada kerajaan-kerajaan lain, khususnya yang berada di daratan tanah Sulawesi Selatan. 

La Baso To Akkarangeng, misalnya, rela menangguhkan penobatannya sebagai Datu (raja) Soppeng, karena ia merasa belum mempunyai kemampuan ketatanegaraan yang cukup untuk menjabat Datu Soppeng.

La Baso kemudian datang di Luwu untuk belajar ilmu ketatanegaraan kepada La Menggu To Mennang (Nasehat Maccaé ri Luwu kepada La Baso). Setelah La Baso merasa sudah mempunyai ilmu ketatanegaraan yang cukup dari La Menggu To Mennang, barulah ia bersedia dinobatkan sebagai Datu Soppeng.

Sistem pemerintahan konstitutie monarchie ini masih bertahan sampai masuknya Islam di kedatuan Luwu pada abad ke-16.

Sumber: Ensiklopedi Kebudayaan Luwu - Pustaka Sawerigading