Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Andi Ahmad Opu Toaddi Luwu, Bangsawan Pejuang Pemuda Progresif

TANALUWU.ARUNGSEJARAH.COM -   Andi Ahmad Opu Toaddi Luwu, Bangsawan Pejuang Pemuda Progresif, Luwu, Kabupaten Luwu, Kerajaan Luwu, Kedatuan Luwu, La Galigo, Kitab Galigo, Sureq Galigo, Andi Maradang Makkulau, La Maradang Mackulau, Datu Luwu, 23 Januari 1946 Perlawanan Rakyat Luwu, Masamba Affair, Idwar Anwar, Novel La Galigo, Belanda, Matthes, Sirtjo Koolhof, Luwu Regency, Afdeeling Luwu, Afdeling Luwu, Istana Luwu, Langkanae, Tari Luwu, Tari Pajaga, Suku di Luwu, Wotu, Mengkoka, Bugis, Limolang, Bare'e, Rongkong, Bua, Ponrang, Masamba, Bunga-bunganna Masamba, Tomakaka, Arung, Makole Baebunta, Kecamatan di Luwu, Palopo, Luwu Utara, Luwu Timur, Simpurusiang, Islamisasi di Luwu, Masuknya Islam di Luwu, Kapan Luwu Terbentuk, Tana Luwu, Wanua Mappatuo Naewai Alena, Maccae ri Luwu, To Ciung, Andi Jemma, Andi Djemma, Terjemahan La Galigo, Transkrip La Galigo, Sejarah Kedatuan Luwu, Sejarah Luwu, Budata Luwu, Bahasa di Luwu, Asal usul nama Kerajaan Luwu, Luwu Kerajaan Tertua, Mesjid Tua Palopo, Mesjid Jami Palopo, Silsilah Raja Luwu, Daftar raja Luwu,
Andi Ahmad Opu Toaddi Luwu

TANALUWU.ARUNGSEJARAH.COM -   Andi Ahmad Opu Toaddi Luwu, Bangsawan Pejuang Pemuda Progresif.

ANDI Ahmad Opu Toaddi Luwu merupakan anak pertama Andi Jemma, Datu/Pajung Luwu XXXIV dan XXXVI dari istrinya yang kedua, bernama Intang Daeng Mawero. Saudara sekandungnya yakni Andi Iskandar dan Andi Nuhung. Sedangkan saudara tirinya yakni Andi Makkulau Opu Daeng Parebba yang lahir dari Andi Kasirang, istri pertama Andi Jemma. 

Saudara tiri yang lainnya adalah Andi Bau Jemma (Andi Alamsyah) yang lahir dari Andi Tenri Padang bergelar Opu Datu, istri ketiga Andi Jemma. 

Andi Ahmad dilahirkan di Palopo pada tanggal 23 Agustus 1923. Ia menamatkan sekolahnya di HIS pada tahun 1939, dan tamat di MULO-B tahun 1941. Bersama keluarganya, Andi Ahmad berdomisili di Jl. Bontomanai No. 4 Makassar dan Jl. Veteran No. 39 Palopo.

Andi Ahmad adalah seorang pemuda yang progresif, militan, jujur, mempunyai pandangan jauh namun agak pendiam. Jabatannya yang terakhir pada masa pemerintahan Belanda ialah Kepala Distrik Wara. Sedangkan posisi terakhir dalam perjuangan Republik Indo-nesia ialah Wakil Kepala Staf Ex Divisi PKR Luwu.

Sebelum proklamasi, tepatnya antara tahun 1937-1941, Andi Ahmad menjabat Ketua Gerindo Bagian Pemuda. Tahun 1943 menjabat Goncho (camat). Setelah proklamasi, pada  tanggal 19 Agustus 1945, bersama M. Yusuf Arief, ia memprakarsai pertemuan Tokoh Pemuda dengan membentuk organisasi semi rahasia yang bernama “Soekarno Muda”. Pada tanggal 5 Oktober 1945, ia sempat memimpin kelaskaran PRI/PKR Luwu dengan jabatan sebagai Kepala Polisi Istimewa sekaligus merangkap Wakil Kepala Staf PKR Luwu.

Sebelum peristiwa Masamba Affair meletus, ia ikut serta aktif menyusun strategi serangan melawan tentara Belanda/NICA di Kota Palopo. Pada tanggal 24 Januari 1946, kembali ia memimpin pasukan PKR Luwu menuju Cappasalo dan sekitarnya serta mendampingi Datu Luwu menerus-kan perlawanan kepada Belanda secara gerilya. Pada tanggal 28 Februari 1946, bersama-sama Datu Luwu Andi Jemma dan Pimpinan PKR Luwu meninggalkan Cappasalo menuju Latou sebagai pusat pemerintahan RI Luwu dan Markas Komando Gerilya.

Pada tanggal 2 Maret 1946, ia memimpin serangan bersenjata melawan tentara Belanda yang membonceng pasukan Sekutu bersama KNIL. Pada tanggal 2 Juli 1946, bersama pemimpin PKR lainnya, ia ditangkap oleh Belanda setelah kontak senjata dengan pasukan PKR di benteng Batu Pute. Pada tahun 1946-1947 ia bersama ayahya Datu Andi Jemma dan pimpinan PKR lainnya ditawan oleh tentara KNIL di bawah pimpinan Letnan Vennick pada penaklukan Benteng Batu Pute. Andi Ahmad bersama tawanan lainnya dipindah-kan dari penjara yang satu ke penjara yang lain. Pada masa revolusi fisik di Luwu, Andi Ahmad sebagai pimpinan tertinggi Polisi Istimewa PRI/PKR Luwu memimpin banyak pertempuran baik di darat maupun di laut.

Pada tanggal 4 Juli 1948, Andi Ahmad bersama empat orang pimpinan PKR lainnya divonis hukuman mati oleh Pengadilan Militer Belanda di Makassar. Sebelum menjalani eksekusi, Andi Ahmad dan kawan-kawan dipindahkan ke penjara Cipinang-Jawa. Namun sebelum eksekusi dilaksanakan, yaitu pada tanggal 2 Februari 1950, ia dibebaskan dari tahanan Belanda setelah pengakuan kedaulatan Indonesia dalam Konferensi Meja Bundar di Den Haag pada tanggal 27 Desember 1949. Ia kemudian kembali ke Palopo. Antara tahun 1951-1968, ia menjadi PNS di Sul-Sel.

Selanjutnya pada tahun 1968-1972, ia diangkat menjadi Bupati Kepala Daerah TK. II Luwu. Setelah selesai menjabat Bupati, ia pindah ke Makassar. Dua tahun kemudian, ia diangkat menjadi Sekretaris BKKBN Provinsi Sulawesi Selatan, hingga tahun 1978. Pada tanggal 31 Oktober 1981, berdasarkan SK. Menhankam/Pangab No. Skep/1918/X/1981, ia mendapat pengakuan Gelar Kehormatan Veteran Pejuang Kemerdekaan Republik Indonesia Golongan “A”, NPV. 17.000.046. Pada tahun 1987-1992, mewakili Golkar dari daerah pemilihan Luwu, ia menjadi Anggota DPRD TK I Prop. Sul-Sel.

Tanggal 31 Juli 1994, saat Andi Tenri Padang Opu Datu, Permaisuri Andi Jemma mangkat, ia diangkat menjadi pejabat Datu Luwu ke XXXVIII. Pada saat syukuran pembentukan kota Palopo 11 Juli 2002 ia berpesan: “Masih ada obsesi yang merupakan warisan sejarah, yang Insya Allah akan senantiasa tetap diperjuangkan, yaitu pemben-tukan provinsi. Dan ini saya titipkan kepada semua rakyat Luwu tanpa terkecuali”. Pada hari ahad tanggal 29 September 2002, sekitar pukul 05.10 WITA, ia meninggal dunia di RSU Wahidin Sudirohusodo Makas-sar setelah menderita berbagai penyakit. Sebelum ia meninggal, ia berpesan bahwa jika ia meninggal, agar dimakamkan di Taman Makam Pahlawan Palopo bersama dengan teman-teman seperjuangannya.

Jenazahnya kemudian dibawa ke rumah duka di Makassar di Jl. Bontomanai No. 4 pukul 09.45. Setelah dimandikan dan dishalati, jenazahnya dilepas oleh Ketua Mada LVRI Sul-Sel Brigjen Andi Oddang untuk selanjutnya dibawa ke Palopo. Di perbatasan Wajo-Luwu, iringan jenazah dijemput Bupati Luwu DR. H. Kamrul Kasim dan ribuan rakyat Luwu yang berdiri di sisi jalan. Di perbatasan kota Palopo, jenazahnya lalu dibawa menuju istana Datu Luwu untuk disemayamkan selama semalam. Dan pada hari senin, 30 September 2002 dimakamkan di Taman Makam Pahlawan Palopo dengan upacara adat dan upacara militer.

Sebagai tanda berkabung, Pemerintah Kabupaten Luwu, Luwu Utara, dan kota Palopo meng-instruksikan penaikan bendera setengah tiang selama tiga hari berturut-turut. Sedangkan Dewan Pemangku Adat Luwu mengeluar-kan maklumat “Mabbarata” (berkabung) bagi rakyat Luwu selama 40 hari. Sebagai peng-hormatan terakhir, Dewan Pemang-ku Adat Luwu menganugerahi Andi Ahmad gelar Datu Luwu Andi Ahmad Opu To Addi Luwu Opu Mpelai Ri Laleng Bata.

Sebagai pahlawan yang telah menyumbangkan jasanya untuk kemerdekaan, dalam hidupnya tercatat beberapa penghargaan yang pernah diterimanya, antara lain ;


1.    Bintang Gerilya

2.    Satya Lencana Perang Kemer-dekaan Pertama

3.    Satya Lencana Perang Kemer-dekaan Kedua

4.    Satya Lencana Keamanan

5.    Bintang SL. Karya Sapta

6.    Bintang Legiun Veteran RI

7.    Bintang Penghargaan dan Medali Perjuangan Angkatan 45/1990

8.    Piagam Penghargaan DPD GOLKAR TK I Prov. Sulawesi  Selatan

9.    Piagam Penghargaan Presiden RI. Lencana Cikal Bakal TNI

10.    Piagam Penghargaan dan Medali Perjuangan Angkatan 45/1995

11.    Penghargaan Gelar Kehormatan Veteran Perjuangan Kemer-dekaan RI 1981

Andi Ahmad menikah sebanyak dua kali. Pertama, ia menikah dengan seorang wanita yang bernama Lien Doe. Lien Doe sendiri adalah anak dari pasangan Ko Nam Seng dengan Hana. Dari istri pertamanya ini lahir 6 orang anak, yaitu:

1.    Drs. Syachrir A. Ahmad, lahir tahun 1945, menikah dengan Hj. Rumaeda.

2.    Drs. Rustam A. Ahmad, lahir 2 November 1950, menikah dengan Berlian.

3.    Nurlaely A. Ahmad, lahir tahun 1953, menikah dengan Drs. Abidin Wahid.

4.    Nurhaeda A. Ahmad, lahir tahun 1958, dipersunting oleh Syamsuddin.

5.    Ir. Tenri Rawe A. Ahmad, M.S., lahir 1960, menikah dengan Ir. Bahtiar, M.S.

6.    Dr. Fauziah A. Ahmad, lahir tanggal 25 Oktober 1962 yang bekerja di Rumah Sakit Daya Makassar,  menikah dengan Ir. Rahman Saenong, M.S.

Andi Ahmad kemudian menikah untuk yang kedua kalinya dengan seorang wanita yang bernama Andi Empeng Opu Denna Alamsyah. Andi Empeng adalah anak dari pasangan Andi Patongngang dengan Andi Tungke. Dari istrinya yang kedua, lahir 7 orang anak, yaitu;

1.    Andi Waris, lahir di Makassar pada tanggal 17  September 1958, menikah dengan Hasnah.

2.    Andi Tenrinangnga, lahir di Palopo pada tanggal 6 Juni 1960,

3.    Drg, Andi Simpurusiang, lahir di Palopo pada tanggal 9 Juni 1962, menikah dengan A. Syukri Amal.

4.    Andi Tadampali, SH., lahir di Palopo pada tahun 1965, menikah dengan Sutriani Anwar, S.Sos.

5.    Drs. Andi Pallawa Gau, lahir di Palopo pada tanggal 25 Februari 1967, menikah dengan Dra. Harbawati Syam.

6.    Andi Rumanga, SE., lahir di Palopo pada tanggal 8 Desember 1971,

7.    Andi Anto, S.Sos., lahir di Makassar pada tanggal 5 Mei 1974.

Sumber: Ensiklopedi Sejarah Luwu; Perang Kota, Perlawanan Rakyat Luwu 23 Januari 1946; Sejarah Luwu, Catatan Ringkas Sejarah Luwu Sebelum Kemerdekaan; Jejak Suara Rakyat, Menelusuri Sejarah DPRD Kota Palopo.