Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

La Togeq Langiq, Batara Guru; Sang Penguasa Luwu Pertama dalam Kitab Galigo

Istana Luwu (Langkanae)
TANALUWU.ARUNGSEJARAH.COM -  La Togeq Langiq, Batara Guru; Sang Penguasa Luwu Pertama dalam Kitab Galigo.

BATARA Guru atau La Togeq Langiq adalah Pajung/Datu Luwu I. Permaisurinya bernama Wé Nyiliq Timoq. Dari perkawinan mereka lahir Batara Lattuq. 

Dalam buku sumber tertua sejarah Luwu yaitu Epos Galigo yang berhasil dikumpulkan oleh seorang sarjana berkebangsaan Belanda bernama BF. Matthes pada tahun 1880, disebutkan bahwa raja pertama yang mendirikan Kerajaan Waré sekitar kampung Ussu adalah Batara Guru. 

Batara Guru digambarkan sebagai anak lelaki tertua To Palanroé atau To Patotoé, Maha Dewa langit dan istrinya bernama Datu Palingeq.

Dalam Kitab Galigo diceritakan, sebelum menurunkan Batara Guru ke Ale Lino, dilakukan musyarwarah. Hasil musyawarah di langit kemudian memutuskan Batara Guru dikirim ke Bumi. Sebab bumi waktu itu lengang dan tak berpenghuni.

Tugas Batara Guru untuk mengisi Ale Lino yang masih kosong, sehingga tak ada yang menengadahkan tangan ke langit. Istri Batara Guru ialah Wé Nyiliq Timoq Tompoé ri Busa Empong yang tak lain adalah sepupu satu kali Batara Guru sendiri. 

Mereka dipertemukan di Luwu pada sebuah tempat namanya Waréq (Waraq). Batara Guru menikah kedua kalinya dengan Wé Saungriu. Dari perkawinan itu lahir Sangiang Sari. Tetapi puteri ini meninggal di usia muda. Dari perabuannya tumbuh padi pertama di Luwu.

Pernikahan Batara Guru dengan Wé Nyiliq Timoq lahirlah Batara Lattuq. Ketika telah cukup dewasa, dan pemerintahan tegak kembali, Batara Guru kembali ke langit. Kekuasaan Waré yang telah damai diserahkan kepada Batara Lattuq. Meskipun demikian, ia tetap dianggap sebagai dewa.

Kedatuan Luwu yang berpusat di Waré kembali menjadi Bumi yang dapat dihuni manusia. Penduduk sekitar Waré mengabdikan diri pada Batara Guru. Dengan penuh kearifan dan berprinsip “adele, lempu, tongeng, disertai ‘getteng’, rakyat daerah Luwu dipersatukan. Mereka di-payungi kedamaian.

Istana yang dibangun oleh Batara Guru di bukit Finsemouni tetap dijadikan kediaman. Tetapi dibangun lagi sebuah tempat di kampung Ussu’ untuk kegiatan pemerintahan dan pengaturan kesejahteraan penduduk. Pusat kerohanian dibangun di Cerekang, kediaman para bissu. 

Kepala bissu’ disebut “Puwa”. Wilayah segi tiga Finsemouni-Ussu’-Cerekang dijadikan pusat kekuasaan meliputi Sulawesi yakni Wara’. Di dalam sejarah Gowa tertulis raja pertama bernama Batara Guru. Maka dari Waré kebudayaan Bugis-Makassar  menyebar ke kerajaan-kerajaan lainnya di Sulawesi.

Masa pemerintahan Batara Guru diperkirakan pada abad ke-10,  namun ada yang menduga sudah ada sejak abad ke-6 Masehi. 

Menurut sebuah riwayat, dasar titik temunya ialah Sawerigading selaku cucu Batara Guru (anak Batara Lattuq dan Datu Sengngeng) pernah berjumpa dengan Nabi Muhammad di Mekkah. Ketika itu, Sawerigading lebih tua tujuh tahun. 

Sumber: Ensiklopedi Sejarah Luwu; Perang Kota, Perlawanan Rakyat Luwu 23 Januari 1946; Sejarah Luwu, Catatan Ringkas Sejarah Luwu Sebelum Kemerdekaan; Jejak Suara Rakyat, Menelusuri Sejarah DPRD Kota Palopo; La Galigo, Turunnya Manusia Pertama; La Galigo; La Galigo, Mutiara Tompoq Tikkaq; La Galigo, Lahirnya Kembar Emas.